Menjadi Humas dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK)

“Allah telah mengutus seorang Rasul kepada kami yang kami ketahui
nasab, kejujuran, amanah dan kesucian dirinya. Ia menyeru kepada kami
untuk mengesakan dan menyembah-Nya dan meninggalkan persembahan kami
kepada batu dan patung. Ia menyeru kepad kami agar agar berkata jujur,
bertanggungjawab, menjalin ukhuwah, berbuat baik pada tetangga dan
melarang kami berbuat maksiat, berdusta, dan mengambil harta anak yatim.

Ia jugamenyeru kepada kami untuk menegakkan sholat, berzakat, dan berpuasa dan kami beriman karenanya…”

(Kata Ja’far bin Abu Thalib, kepada An-Najasyi Raja Habasyah saat hijrah yang pertama)

Tanpa disadari oleh Ja’far, bahwa karena narasinya itulah maka
keindahan Islam kemudian masih dapat dinikmati oleh seluruh ummat
manusia kelak setelahnya. Dalam cara pandang resume maka peran Ja’far
inilah yang mencitrakan seorang Public Relations officer atau Humas
Rasulullah dalam melakukan tugasnya, menyampaikan risalah kepada
manusia.

Definisi Humas/PR
Hubungan masyarakat
atau Public Relations adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan,
direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian
antara sebuah lembaga/institusi dengan masyarakat. Humas (PR) adalah
sebuah seni sekaligus ilmu sosial dalam menganalisa kecenderungan,
meramalkan konsekuensinya, memberikan pengarahan kepada pimpinan
institusi/lembaga dan melaksanakan program-program terencana yang dapat
memenuhi kepentingan baik institusi maupun lembaga tersebut maupun
masyarakat yang terkait.

Public Relations (PR) merupakan fungsi
manajemen untuk mencapai target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai
program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan,
mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah
dicapainya.

“Public Relations is planned, persuasive
communication designed to influence significant public” (John E. marston
“MODERN PUBLIC RELATIONS”, 1979).

Secara spesifik, definisi umum
PR disimpulkan sebagai seni (arts) dan gabungan dari disiplin ilmu
manajemen, komunikasi, psikologi, sosial dan marketing, untuk membentuk
agar perusahaan atau lembaga, nama dan produknya menjadi disukai dan
dapat dipercaya oleh publiknya. Dalam hubungannya dengan target audience
atau stakeholder (obyek dakwah) tersebut, dikenal tiga tipe tentang apa
yang disukai dan tidak disukai, yaitu sbb :
a. Those who know you and like you (mengenal dan menyukai Anda).
b. Those who know you and don’t like you (mengenal dan tidak menyukai Anda).
c. Those who neither you nor care you (tidak dikenal maka tidak disukai).
Oleh
karena itu dikatakan, “Public Relations merupakan fungsi manajemen yang
menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara
seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan
dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian, pemahaman,
dan dukungan dari publiknya” (Scott M. Cutlip dan Allen H. Center ”
Efektif Public Relations”, 1982).

Public Relations adalah suatu
proses yang kontinyu dari usaha manajemen untuk memperoleh good will dan
pengertian dari publik pada umumnya, termasuk stake holder internal
(pengurus Rohis). Ke dalam, mengadakan perbaikan dan pembenahan melalui
corporate culture building (membangun budaya lembaga) berbentuk
disiplin, motivasi, peningkatan pelayanan dan produktivitas kerja yang
diharapkan untuk terciptanya sense of belonging terhadap lembaga.
Sedangkan ke luar, berupaya menciptakan kepercayaan dan citra lembaga
(corporate image) yang sekaligus memayungi dan mempertahankan citra
produknya (product image).

Pada hakekatnya makna dari “hubungan
masyarakat” (humas, kehumasan, public relations) adalah prilaku atau
sikap untuk menjadi tetangga dan warga yang baik (to be a good neighbour
and citizen).

Urgensi PR/Humas
Aktivitas
public relations sehari-hari adalah menyelenggarakan komunikasi timbal
balik ( two way trafic communications ) antara lembaga dengan pihak
publik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan
bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi,
dsb, demi kemajuan lembaga atau citra positif lembaga bersangkutan.
Jadi, kegiatan public relations tersebut sangat erat kaitannya dengan
pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari masyarakat.

Dari
segi inilah, Rohis mengejawantahkan misi al ‘amru wa nahyul munkar-nya.
Hal tersebut sekaligus menjadi landasan Rohis untuk -sebagaimana fungsi
humas umumnya- menunjukkan kekuatannya ( power of opinion ) dalam
membentuk opini publik atau kita sebut dakwah.

Adapun proyek
kerja Public Relations Officer (PRO) , tidak terlepas dari pengabdiannya
demi kepentingan umum ( it should serve the public’s interest ) atau
dalam bahasa dakwah, ‘untuk kepentingan umat’. Berkaitan dengan Kode
Etik Asosiasi Perhumasan Internasional (International Public Relations
Association Code of Cunduct) yang menegaskan bahwa setiap PRO tidak
dibenarkan untuk mengangkat suatu konflik yang terjadi atau hal yang
sengaja dipaparkan kepada publik tanpa seizin dari mereka yang
berkepentingan atau bersangkutan.

Sebaliknya, pihak PRO tidak
dibenarkan pula dengan sengaja untuk menutupi masalah atau krisis yang
tengah terjadi di lembaga yang bersangkutan dengan cara mengelabui
publik. Sehingga perlu diingat kunci kerja seorang PR jika menghadapi
situasi yang genting (crucial), seperti timbul masalah, konflik,
pertikaian, hingga terjadi suatu krisis, maka fungsi dan tugas PRO
adalah wajib untuk menjelaskan secara jujur dan terbuka (open
communication).

Hal tersebut dikarenakan di satu pihak humas
bertindak sebagai perantara (mediator). Sedangkan di lain pihak, ia
mempunyai tanggung jawab sosial (social responbility) dan dalam
menjalankan perannya harus berlandaskan kejujuran, etika, dan moral yang
tinggi sebagai penyandang profesional public relations.

Dalam
hal peran ganda yang bersifat dilematik tersebut, public relations
officer berperan sebagai komunikator, mediator, persuador, organisator,
dan konsultan sering terjadi di tengah masyarakat dalam era globalisasi
penuh kompetitif sekarang ini. Dalam berbagai situasi dan kondisi yang
penuh tantangan, pihak PRO akan menghadapi beban tugas yang cukup berat.
Dalam iklim kompetitif tersebut yang bersangkutan mempunyai fungsi
pokok utama, yaitu bertindak sebagai komunikator, mediator, kemudian
bertindak sebagai pendukung manajemen (back up management), dan tujuan
akhirnya adalah bagaimana memperoleh atau mempertahankan citra bagi
lembaga yang diwakilinya.

Mampukah PRO tersebut bertanggung jawab
langsung dan diberikan kesempatan yang lebih luas (otonomisasi) untuk
secara langsung membendung, menanggulangi atau mengatasinya dalam upaya
memulihkan (recovery image) dan mempertahankan citra tersebut
(maintenance of image) dengan mengembalikan kepercayaan publik serta
memulihkan krisis yang terjadi.

Pekerjaan utama (inti) dari PR
sebenarnya adalah Human Relation (HR) yang bukan hanya sekedar hubungan
antar manusia. Tetapi lebih bersifat interaksi antara seseorang dengan
orang lain, memperhatikan orang lain, bersikap ramah dan jujur.

Jika
setiap PRO (Public Relations Officer) mempunyai human relations yang
baik yang mencerminkan sikap tersebut, dijamin akan membuat orang lain
yang dihadapinya senang dan puas. Hal ini akan memelihara dan
meningkatkan citra Lembaga Dakawah Kampus.

Dalam arti luas HR
berarti komunikasi yang persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada
orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang
kehidupan sehingga menimbulkan kepuasan kedua belah pihak.

Dalam
arti sempit penekanan HR pada situasi kerja atau dalam bidang
organisasi (kelompok) bertujuan menggugah kegairahan dan kegiatan
bekerja, kerja sama yang produktif yang diwarnai dengan rasa bahagia dan
puas hati. Normat R.F. Meier mengemukakan: “HR dapat berfungsi untuk
menghilangkan rintangan-rintangan komunikasi, mencegah salah pengertian
dan mengembangkan segi konstruktif sifat manusia”.

Tujuan dan Fungsi Humas
Tujuan yang ingin dicapai dalam pekerjaan kehumasan tergolong dua golongan besar yaitu:
A. Komunikasi Internal (personil/anggota institusi)
· Memberikan informasi sebanyak dan sejelas mungkin mengenai institusi.
· Menciptakan kesadaran personil mengenai peran institusi dalam masyarakat.
· Menyediakan sarana untuk memperoleh umpan balik dari anggotanya.
B. Komunikasi Eksternal (masyarakat)
· Informasi yang benar dan wajar mengenai institusi.
· Kesadaran mengenai peran institusi dalam tata kehidupan umumnya dan pendidikan khususnya.
· Motivasi untuk menyampaikan umpan balik.

Maksud
dan tujuan yang terpenting dari PR adalah mencapai saling pengertian
sebagai obyektif utama. Pujian citra yang baik dan opini yang mendukung
bukan kita yang menentukan tetapi feed back yang kita harapkan. Obyektif
atau tujuan PR yaitu “Pengertian”. “The object of PR is not the
achievement of a favourable image, a favourable climate of opinion, or
favourable by the media”. PR is about achieving an UNDERSTANDING.

Tujuan
utama penciptaan pengertian adalah mengubah hal negatif yang
diproyeksikan masyarakat menjadi hal yang positif. Biasanya dari hal-hal
yang negatif terpancar: hostility, prejudice, apathy, ignorance.
Sedangkan melalui pengertian kita berusaha merubahnya menjadi: sympathy,
acceptance, interest dan knowledge.

Penelitian yang diadakan
oleh International Public Relations Association (IPRA) pada tahun 1981
menyimpulkan bahwa pada umumnya fungsi PR/humas masa kini meliputi 15
pokok yaitu:
· Memberi konseling yang didasari pemahaman masalah prilaku manusia.
· Membuat analisis “trend” masa depan dan ramalan akan akibat-akibatnya bagi institusi.
·
Melakukan riset pendapat, sikap dan harapan masyarakat terhadap
institusi serta memberi saran tindakan-tindakan yang diperlukan
institusi untuk mengatasinya.
· Menciptakan dan membina komunikasi dua-arah berlandaskan kebenaran dan informasi yang utuh.
· Mencegah konflik dan salah pengertian.
· Meningkatkan rasa saling hormat dan rasa tanggung jawab sosial.
· Melakukan penyerasian kepentingan institusi terhadap kepentingan umum.
· Meningkatkan itikat baik institusi terhadap anggota, pemasok dan konsumen.
· Memperbaiki hubungan industrial.
· Menarik calon tenaga yang baik agar menjadi anggota serta mengurangi keinginan anggota untuk keluar dari institusi.
· Memasyarakatkan produk atau layanan.
· Mengusahakan perolehan laba yang maksimal.
· Menciptakan jadi diri institusi.
· Memupuk minat mengenai masalah-masalah nasional maupun internasional.
· Meningkatkan pengertian mengenai demokrasi.
Dalam mengemban fungsi tersebut maka jenis-jenis pekerjaan PR adalah sebagai berkut :
· Menulis (artikel, pamflet, press release)
· Produksi Cetakan/distribusi/promosi (stiker, buletin, poster)
· Produksi film atau audiovisual
· Produksi display/ perkenalan
· Iklan
· Hubungan komunikasi dengan media, radio, TV
· Konfrensi dan Pertemuan Publik
· Hubungan Parlementer
· Hubungan dengan pemerintah
· Hubungan dengan kelompok interest tertentu
· Hubungan dengan industri dan komersial
· Hubungan komunitas
· Hubungan internasional
· Hubungan dengan pekerja
· Hubungan dengan donatur
· Survey atau penelitian ummat
· Komunikasi dari publik ke kinerja organisasi
· Merencanakan, menganggar and mengatur program kerja PR
· Formulasi kebijakan PR
· Yang paling modern yaitu Teknologi Informasi seperti internet, intranet, e-mail, homepage (berandawarta), FTP, IRC, DLL

Sebagai penutup, beberapa hal berikut ini layak untuk diketahui oleh seorang Humas LDK dalam menjalankan perannya adalah :
1. Penguasaan dien
2. Penguasaan LDK dan segala pernak-perniknya
3. Pengetahuan stakeholder LDK
4. Komunikasi Efektif
5. Komunikasi dalam Organisasi
6. Penguasaan teknis komputerisasi (Grafis, dll)
7. Metodologi polling
8. Kemampuan jurnalistik (menulis, dokumentasi, fotografi)
9. Internet.

Penulis : Doni Riadi 
Pegiat Wedangjae

(Tulisan ini Disampaikan dalam Pembekalan Kehumasan UKM Rohis Politeknik Negeri Semarang 11 Juni 2002)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *