PKS dan Solusi Partai Islam

KIPRAH Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kian menarik untuk disimak.
Ide kepemimpinan kaum muda yang dilontarkan Presiden PKS Tifatul
Sembiring menjadi balian diskusi bagi semua kalangan baik elit politik,
parpol, pengamat, LSM dan masyarakat bawah. Meski ide danlangkah politik
baru sering dilontarkan oleh PKS, namun isu kepemimpinan kaum muda ini
menjadi polemik menarik terutama menjelang Pemilu 2009. Apalagi parpol
Islam selama ini dianggap masih lemah menawarkan solusi bagi
permasalahan bangsa sehingga wacana kepemimpinan muda ini masih dinilai
sekadar bargaining politik PKS. Benarkah ?

Meski terbilang sebagai parpol baru, PKS harus diakui telah mampu
menunjukan jatidirinya sebagai sebuah partai yang memiliki kedewasaan
dalam menangani isu-isu politik yang terkait dengan masalah kepemimpinan
dan program-program partainya. Bahkan, PKS pun telah membual buku
platform partai yang isinyu tentang strategi dan solusi pengelolaan
negara jika partai ini diberi amanah kekuasaan. Ini setidaknya
membuktikan kesiapan PKS secara praksis dan wacana untuk memegang tampuk
kekuasaan politik kelak.

Harus diakui PKS memiliki beban berat untuk mengangkatCitra politik
Islam yang saat ini mengalami keterpurukan. Perseteruan antar pengurus
dan rendahnya manajemen konflik menjadikan parpol Islam dianggap hanya
mengejar pragmatisme kekuasaaan belaka. Selain itu, parpol Islam lebih
banyak memanfaatkan jargon “popularitas agama” tanpa mampu mempraktikkan
politik Islam secara utuh dalam perilaku politik keseharian. Padahal,
partai politik dalam terminologi kepartaian modern merupakan salah satu
sarana efektif untuk mengawal perubahan masyarakat ke arah yang lebih
demokratis.

Parpol tidak sekadar kumpulan orang yang memiliki ide dan misi yang
sama tetapi juga sebagai wadah sojutif memecahkan masalah publik. Namun
demikian, fungsipenting ini telah lama tereduksi pleh budaya politik
“mumpungisrpe” yang mematikan nurani elit parpol untuk mendahulukan
kepentingan rakyat. Alih-alih memberi solusi masalah bangsa, parpol
Islam justru terpuruk ke dalam konflik dan perpecahan partai. Citra ini
kian, buruk saat legislator dari salah partai Islam tertangkap tangan
kasus suap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu.
Dari perspektif ini, PKS menjadi deviasi politik karena jarang dilanda
konflik internal dan sangat serius membangun budaya peduli kepada
legislator dan kader-kadernya. Konsistensi ini tentu masih menunggu
kiprah lebih nyata di masa -. politik ke depan.

Lemahnya tawaran solusi dan kepedulian parpol Islam selama ini untuk
mengadvokasi kepentingan publik lebih banyak disebabkan oleh kurangnya
misi perubahan dan rasa empati yang dimiliki oleh parpol yang
bersangkutan. Parpol belum mampu menanamkan nilai-nilai etika luhur dan
semangat berkorban bagi rakyat kepada seluruh kader dan pengurusnya.
Semua parpol lebih banyak mengandalkan pesona tokoh dan emosionalitas
ideologi semata dibanding menguatkan internalisasi idealisme nilai dan
semangat peduli kerja bagi kadernya dalam bentuk karya nyala bagi
masyarakat.
Khusus bagi parpol Islam, nilai kepedulian terhadap rakyat
kecil sebenarnya inheren
Lil.hm inti ajaran Islam baik dalam AI-.Quran
dan Sunnah, bahkan pcng- galan sejarah kejayaan politik Islam.

Kelemahan dalam memberikan altematif solusi dan miskinnya improvisasi
juga menjadi salah satu sebab mengapa parpol Islam belum mampu meraih
suara signifkan dalam setiap ajang pemilu yang digelar. Perolehan suara
parpol- Is-l.jim Lil.ih jauh bila dibanding par-lai sekuler maupun nasionalis. Itu terlihat misalnya dalam Pemilu 2004 lalu, untuk kesekian kalinya parpol Islam tampil sebagai pecundang politik. Meski ada tren positif
dengan naiknya suara PKS yang mampu meraih 45 kursi dari semula 7 kursi
di DPR Pusat pada pemilu 2004, namun secara keseluruhan raihan parpol
Islam belum meyakinkan bila dilihat dari kompisisi penduduk Indonesia
yang mayoritas umat Islam. Bahkan muncul kekhawatiran bahwa suara parpol
Islam lidak akan pernah bertambah bahkan boleh jadi berkurang.

Gagalnya Partai Bulan Bintang (PBB)dan Purtui Bintan.aRcforma-si
(PBR) menembus batas suara electoral treshold (ET) dalam pemilu 2004
misalnya, harus menjadi pelajaran amat serius bagi PKS untuk memperbaiki
kinerjanya. Kepercayaan publik terhadap PKS juga amat ditentukan dari
kinerja anggota legislatifnya dalam mcmberikan solusi kepada masyarakat. Rak-, yat pemilih sebenarnya tidak
menuntut terlalu banyak terhadap anggota legislatif. Namun kurangnya
apresiasi dan pembelaan terhadap publik, dalam menyikapi kebijakan
pemerintah yang banyak meresahkan seperti kenaikan BBM. pencabutan
subsidi dan mahalnya biaya kesehatan-pendidikan makin menurunkan citra
sebagai wakil rakyat.

Kalau pun ada yang menentang kebijakan pemerintah
tersebut, namun suaranya “nyaris tak terdengar” dan kalah dengan
lobi-lobi serta kompromi politik. Inilah yang seringkali dirasakan oleh
banyak kalangan, bahwa anggota dewan tidak mewakili aspirasi rakyat
tetapi mewakili aspirasi kepentingan politik yang sempit. Belum lagi
agenda-agenda kontroversial semacam “plcsiran massal” ke luar negeri
yang kerap dibungkus dalam bentuk kegiatan “studi banding” atau
“kunjungan kerja”.

Harapan masyarakat untuk mendapat solusi dan pembelaan dari
wakil-wakil rakyat dari parpol justru yang diperoleh adalah kejengkelan
dan kekecewaan. Sehingga tidak salah bila dalam teori public choice
dikatakan bahwa setiap manusia -tidak terkecuali anggota legislatif-
pada dasarnya adalah homo cconomicus yang cenderung lebih mendahulukan
ambisi pribadi dibanding kepentingan publik meski dia adalah wakil
rakyat. Sayangnya, perilaku politik semacam in| jarang mendapat teguran
maupun klarifikasi dari partai politik, termasuk parpol Islam. Inilah
yang harus dihindari oleh PKS yang mengklaim dirinya sebagai hizbud
dawah (partai dakwah) yang harus menjadi garda depan kebaikan.

Pertarungan politik nasional di masa mendatang diperkirakan kian seru
dan sulit diprediksi hasilnya. Hanya partai politik yang memiliki visi
dan kinerja positif bagi rakyatlah yang kemungkinan bertahan. Hal ini
seiring dengan meningkatnya rasionalitas pemilih yang lebih memfokuskan
pilihannya pada program suatu partai daripada terbuai dengan kharisma
tokoh parpol. Partai Islam khususnya PKS mesti berbenah untuk melakukan
marketing ide-ide politiknya bila tidak ingin menjadi “fosil politik”
yangtenggelam dalam sejarah. Problema bangsa yang kian kompleks menuntut
pemecahan yang konkret sebagai salah satu pelaku politik di tanah air.
Harapan ini salah satunya dialamatkan kepada PKS.

Setidaknya ada tiga hal yang harus dibenahi oleh PKS dalam
mengembangkan budaya politik yang lebih berkualitas. Pertama,
meredefinisi format misi dan peran parpol secara lebih membumi dengan
melihat realitas kontemporer di masyarakat. Selama ini parpol Islam
lebih banyak terjebak dalam pemakaian simbol-simbol Islam daripada
substansi politik Islam itu sendiri. Seharusnya misi partai bisa
dijadikan panduan untuk melakukan aktifitas politik bagi pendukungnya
secara lebih terarah dan produktif tiafam mencari solusi permasalahan
bangsa. Parpol juga harus ditempatkan sebagai wahana pendidikan politik
(tarbiyah siyasiyah) bukan sekadar aksesoris untuk meraih kekuasaan
politik an sich.

Kedua, PKS harus menjadi partai Islam produktif dalam menelurkan
ide-ide dan aksi perubahan yang konstruktif dan nyata. Hal ini harus
dimulai dengan membangun budaya diskusi ilmiah di kalangan internal
partai dan kadernya. Selama ini. jmi tai lebih banyak bersikap
reakliftcr-hadap suatu isu maupun fenomena sosial sehingga gagap dalam
menyikapinya. Partai harusnya bisa berperan sebagai lembaga riset yang
menawarkan berbagai solusi alternatif. Akan tetapi kultur ini amat sulit
terwujud manakala sistem politik yang dibangun dalam tubuh partai lebih
didominasi oleh pola petunjuk atau restu pimpinan. Kekritisan anggota
partai sering hilang manakala dihadapkan pada otorisasi keputusan sang
pimpinan tanpa bisa disanggah. Jika ini terjadi maka amat sulit rasanya
partai menjadi lembaga splutif dalam mengatasi berbagai masalah bangsa.

Penulis : Dharma Wijaya, SIP
Pegiat Komunitas Wedangjae
(Sumber: Indo Pos, 14-08-2008)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *