TERMIN I : KAMMI DAERAH SEMARANG
“Mungkin sudah ada bayangan, meski masih blur…
Barangkali karena tulisan saya belum dikoreksi.
Secara keseluruhan menarik & fun, memotivasi juga.
Need any follow up in the future!
By the way, say jadi ingat pepatah : ‘Don’t judge the book from its cover’
Subhanallah…semoga ilmu ini bermanfaat”
“Workshop Penulisan ini keren banget, karena memperkaya ilmu saya akan tulis menulis.
Aku memang bukan seorang yang jago nulis, tapi semoga dengan bimbingan Komunitas Wedangjae
bisa meningkatkan kualitas tulisan saya.
Mohon bimbingannya ya pak… ^_^
Terima Kasih”
Subhanallah… membaca feedback dari para peserta Workshop “How to Write :an Essay” ini begitu mengharukan. Campur aduk. Ada ketertegunan seperti feedback dari inisial ‘Ayaa di paling atas, juga dari Ninch_3 di feedback bawahnya yang berpengharapan. Feedback
lainnya tak kalah berwarna. Sebagian besar merasa terlecut dan
mendapatkan inspirasi untuk bersegera menulis, dan ada juga yang memberi
catatan alias kritik. Apapun itu, semoga ia menjadi induce (memacu) dan bukan inhibit (menghambat) dari proses memproduksi tulisan (Thx untuk anonim yang telah menulis bahwa feedback terbagi dua : positif dan negatif. Feedback positif ternyata justru meng-inhibit, sementara feedback negatif malah meng-induce…^_^).
***
Tak
dapat dipungkiri, bintangnya Workshop hari ini adalah Mas Edhi Prayitno
Ige, Jurnalis Radio El-Shinta yang didaulat untuk menjadi narasumber.
Ini adalah ‘job’ kali pertama Mas Edhi tampil atas nama Komunitas
Wedangjae (hehe..ini bukan perploncoan lho mas… ^_^). Dengan gayanya
yang ‘nyeni’ dan full kontemplatif, Mas Edhi memukau para peserta yang
kebanyakan memang masih penulis pemula.
Dalam sessi pertama, Mas
Edhi mem-brainstorming peserta tentang apa yang disebut Essay. Seperti
yang kuduga, sebagian peserta berangkat dengan kepala kosong. Buktinya,
banyak juga yang jujur-jujuran minta ditunjukkan seperti apa sih
wujudnya Essay. Hihi..padahal kan tiap hari di kiri kanannya kan banyak
essay bertebaran di media massa.
Mas
Edhi, tentu saja tak ingin terlalu mendikte, sebab itu sama saja dengan
membuat ketergantungan yang tinggi terhadap narasumber. Jadi, sengaja
uraiannya dibuat sedemikian rupa agar setelah pulang dari acara, peserta
penasaran dan mencari sendiri seperti apa wujud essay itu sesungguhnya.
NAh, itulah dia ciri seorang pembelajar mandiri. Diprovokasi sedikit,
lalu bersemangat mencari. Hemmm… jadi ingat penyakit kronis pendidikan
Indonesia : terbiasa seperti gelas yang diam pasrah menunggu dituangi
air dari teko. Kenapa tak coba si gelas mencari sendiri sumber air atau
malah sesekali menjadi tekonya…
Essay, menurut Mas Edhi cuma
beda tipis sama Opini. Bedanya, Essay dikemas sedemikian rupa, sehingga
karakter personal penulis menjadi kentara. Sebab, Essay biasanya lahir
dari perenungan atas pengalaman pribadi namun mengandung kemanfaatan
publik. MInimal, ada hikmahnya. Sehingga, Essay biasanya lebih kental
sastranya dibanding opini. Ya, nyastra alias meng-imajinatif.
Banyak
cara menulis Essay. Di sini, Mas Edhi mengutarakan 2 cara yang biasanya
digunakan. yaitu Essay Frontal dan Essay Kontemplatif. Disebut Frontal
jika memang isinya lugas, seperti halnya demonstrasi, tanpa tedeng
aling-aling langsung menuju sasaran. Namun ada juga yang penuh analogi,
sindiran, dan lahir dari perenungan mendalam, yang disebut dengan
kontemplatif. Mas Edhi dalam hal ini memberikan contoh filosofi pohon
Mangga bagi kehidupan. Yaitu puncak kerja keras perjuangan pohon Mangga
dari mulai menyerap makanan hingga berdaun dan berbiji, adalah semata
untuk berbuah. Bahkan bila tiba masanya, si buah akan dijatuhkan dari
tangkainya agar memudahkan siapa saja yang ingin mengambil kemanfaatan
dari dirinya. Pohon Mangga, selain beramal daging buahnya juga
berkepentingan agar biji yang tak lain adalah generasi pelanjutnya juga
akan tumbuh di suatu tempat untuk melanjutkan trah generasi selanjutnya.
Artinya jelas : pengkaderan itu penting, bro!
Workshop
berlangsung mengalir. Tanya jawab sana-sini. Pun ketika 80-an peserta
dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk mendapatkan ide penulisan.
Follow up Workshop ini telah menunggu di depan mata, yaitu peserta
berpartisipasi dalam Lomba Menulis Essay HUbungan Indonesia-Australia
yang diselenggarakan oleh CIR (Center for Indonesia Reform).
***
Waktu
berlalu begitu cepat. Mestinya Dhuhur acaranya selesai. NAmun karena
animo peserta yang begitu tinggi, disepakati bahwa acara akan
dilanjutkan ba’da sholat dhuhur. Peserta terlihat ‘no problem’ banget
padahal kita sudah menginformasikan bahwa panitia tak merencanakan
menyediakan makan siang. ‘Two Thumbs Up’
deh untuk ketangguhan peserta. Ini baru yang namanya
militansi…militansi terhadap ilmu. Dan, pukul 13.30 acaranya baru
benar-benar bubar…Allahu Akbar!
Karena keterbatasan waktu, Mas
Edhi cuma semmpat membahas 4 saja outline dari peserta. Yaitu dari
Peserta terjauh, Pekalongan (Widhi), disusul karya peserta dari STAIN
Salatiga, Annisa dari MIPA UNDIP dan Yasir dari FH UNDIP.
NAmun,
diujung sessi, Wedangjae membuka ruang Klinik Online untuk peserta yang
ingin berkonsultasi tentang tulisan, baik dalam rangka LOmba Essay
maupun hal lain diluar lomba tersebut. Untuk Mas Edhi, dialamatkan ke : ratusrengenge@gmail.com, atau ke doniriadi@yahoo.com.
Di
ujung perjumpaan, bukannya diberi kenang-kenangan oleh panitia, Mas
Edhi malah memberi peserta kenang-kenangan,berupa buku kumpulan Essay
berjudul “Inul” yang diterbitkan oleh Bentara, juga buku Antologi Puisi
Jurnalis Baca Puisi plus Majalah Sastra yang diterbitkan oleh Pemprov
Jateng. Te o Pe Be Ge Te deh! ^_^
Oke, salut buat peserta,
termasuk apresiasinya terhadap majelis ilmu seperti hari ini. Beberapa
peserta bahkan mengingatkan bahwa besok Senin mereka ada UJian Akhir
Semester, hingga tanggal 15 Juli nanti. Yah! Semoga barokah dua-duanya,
ya… ^_^ Ilmu dan Ujian. Kalo Mas Edhi mah nyantai…seperti yang
ditulis di profilnya, “lulus nggak lulus pokoke tetap jadi seniman…”
^_^
Salut
juga buat para pengurus KAMMI Daerah Semarang yang cekatan : Muhith
Sang Ketua, Arief Eka sang Sekjend, plus anak-anak Biro Humas : Ani,
Galih, Arif, Ryo dan segenap ‘bala kurawa’… hehe… Semoga kerja
samanya tak terputus sampai di sini.
Dan, sekali lagi, terenyuh daku membaca sebait feedback dari peserta noname. Ia berkata ” Semoga MAs Edhi dan Mas DOni diberi keistiqomahan dalam berusaha melahirkan penulis-penulis muda baru. Bravo!”
Edhi Prayitno Ige |
Arif Eka Atmaja (Sekjend KAMMI Semarang) |
(some photo taken by Siddiq Sumakna, my student at Klub Fotografi Sekolah Alam Ar-Ridho)
TERMIN II : GENG KANTIN BANGET SUARA MERDEKA
alhamdulillah… Termin ke-2 How To Write : an Essay, berjalan dengan sukses. Menggandeng temen-temen dari Geng Kantin Banget SM
sebagai penyelenggara dan penyedia peserta,… yang datang lumayan
banyak juga, ada 40 orang, campuran SMA dan Mahasiswa dari Semarang,
Kendal, Kudus, Grobogan, bahkan seorang ibu paroh baya dari Pekalongan
juga ada.
Thx a lot buat temen-temen Geng Kantin Banget (fotonya di bawah) : Hadziq, Mitsa, Didin, de el-el.. Te O Pe deh!
Peserta Pelatihan Menulis Essay Wedangjae |
Geng Kantin Banget SM |