Resensi : Autis Bukan Kutukan

Kehadiran anak di dunia merupakan kebahagiaan bagi keluarga.
Terlebih bagi seorang perempuan yang ditakdirkan menjadi perantara
kehidupan sang anak. Anak adalah karunia dari Tuhan. Ia adalah anugrah
tiada terkira sebagai amanah bagi orangtua.

Suka
cita dan bangga berpadu menjadi satu menyambut kelahiran sang anak.
lahir dengan fisik sempurna, tubuh montok nan menggemaskan selalu
menjadi bahan yang tak habis dibicarakan. Inilah yang dirasakan oleh Sri
Murni tatkala menyambut kelahiran anak keduanya,Muhammad Faisal Hakim.

Manusia
boleh mengharapkan sesuatu yang sempurna. Tak satu pun orangtua
mengharapkan anaknya lahir dengan masalah. Apalagi bila masalah tersebut
berkaitan dengan autisma pada diri anak. Namun dibalik itu semua Tuhan
memiliki hak prerogatif untuk menciptakan makhluk-Nya seperti apa yang
Ia kehendaki. Manusia tak akan mampu menawar hal tersebut. Anak tak
pernah memilih dilahirkan dalam keadaan autis. Keikhlasan dan ketabahan
menjadi sebuah kewajiban bagi orangtua untuk mempersembahkan hal yang
terbaik pada sang anak.

Buku ini merupakan kisah
nyata Sri Murni ketika menangani Faisal yang diketahui sebagai anak
autis sejak umur dua tahun. Pada mulanya keadaan tersebut tidak disadari
oleh Sri Murni,namun keanehan pada diri Faisal mulai menjadi bahan
pertanyaan yang terus menggayut dalam benaknya. Faisal suka menangis dan
tersenyum tanpa sebab, membenci suara-suara keras, takut pada kegelapan
hingga lubang kloset. Tak jarang Faisal buang air besar di celana serta
berteriak histeris pada dini hari saat mendengar kokok ayam jantan
bersahutan (hal.6). Sedih, gundah, dan amarah berkecamuk menjadi satu.
Tidak tahu harus berbuat apa sedangkan suami akan pergi begitu mendengar
teriak dan tangis Faisal. Seolah-olah seluruh beban yang ada di dunia
ini ada pada pundaknya. Penolakan demi penolakan menjadi pergolakan
dalam hati. Tak pantas kiranya mengadu kepada Tuhan mengatakan bahwa Ia
bertindak tidak adil kepada dirinya dengan kehadiran Faisal dalam
keluarga. Inikah kutukan baginya?

Autis bukan kutukan.
Ia adalah ciptaan Tuhan yang sempurna. Tak ada sesuatupun yang Tuhan
ciptakan tanpa ada sebab dan hikmah dibalik penciptaan-Nya tersebut.
Tuhan pasti memberikan segala yang indah sebagai anugerah. Yakinlah kita
bisa menjalani semua dengan kesabaran serta keikhlasan berdasarkan
pemikiran bahwa anak adalah amanah Tuhan,autis sekalipun.(hal.10).
Inilah yang menjadi titik tolak perubahan sikap Sri Murni menghadapi
sang buah hati. Hari-hari ia nikmati penuh dengan keindahan tangisan dan
tantrum Faisal.

Pengalamannya tersebut
diceritakan dalam gaya bahasa yang mengalir layaknya mengobrol langsung
dengan Sri Murni. Tak ada kisah yang luar biasa pada buku ini, namun
mampu mengalirkan airmata bagi siapa saja yang membaca.

Disebutkan Sri Murni memutuskan untuk menghentikan menjajakan es lilin demi mendampingi kehidupan Faisal. Ia rela menjadi guru shadow bagi Faisal di sekolah. Sekolah Faisal adalah sekolahnya pula. Ini sangat efektif sebab guru shadow
terbaik bagi anak autis tak lain adalah orangtua khususnya ibu.
Perkembangan anak dapat dipantau secara lebih intensif. Penanaman konsep
pun tak akan berseberangan dibandingkan ketika oranglain menjadi guru shadow (hal.56).
Sedikit demi sedikit ketakutan Faisal dengan suara keras berkurang,
Faisal mulai memahami konsep-konsep dasar berhitung hingga surat-surat
dalam Al quran berhasil ia hafalkan selangkah demi selangkah. Semua itu
tak lepas dari kegigihan Sri Murni belajar mencari sumber-sumber untuk
menangani anak autis baik dari media atau pun berkumpul dengan
orang-orang yang berkaitan dengan bidang tersebut. Obat-obatan sebagai
solusi tak banyak dibahas dalam buku ini. Semua penanganan Faisal lebih
pada pendekatan kejiwaan antara ibu dan anak.

Perjuangan
Sri Murni tak begitu saja berjalan lancar. Ada saja hambatan-hambatan
yang terus menguji kesabarannya. Ujian yang mendera jiwanya yang paling
menusuk hati tatkala ada seorang ibu yang mendamprat dan mencaci dirinya
perihal ulah Faisal terhadap anak “sang ibu pendamprat”. Segala
keindahan yang selama ini dibangun sirna begitu saja seakan berbalik
menjadi musuh, menjungkirbalikkan kehidupannya. Kesabarannya hilang, ia
pukul tubuh Faisal hingga menangis dan kesakitan sambil berteriak,”Mama,
Faisal sayang Mama sampai tua!”. Sakit,sakit sekali hatinya
(hal.64).Keduanya pun lalu berpelukan, bertangis-tangisan
bersama.”Maafkan, Mama Nak!”.

Sri Murni memang bukanlah
seorang penulis. Ia hanya menceritakan kehidupannya bersama Faisal
melalui buku ini. Tak heran jika alur cerita antara satu judul dengan
judul lainnya serasa tumpang tindih. Namun demikian tetap tidak
mengurangi kisah dan hikmah yang menginspirasi ini.

Sri
Murni hanya berkisah hingga Faisal lulus kelas enam. Di akhir bab buku
ini, mungkin akan muncul sebuah pertanyaan, “sampai kapan Faisal akan
terus didampingi sang ibu?”. Lihat saja dalam halaman 104, tertulis
bahwa Bu Kasmi sebagai panitia perpisahan tak mampu untuk membujuk
Faisal agar maju hafalan ke depan. Faisal mau beranjak hafalan ke depan
tatkala Sri Murni membujuknya. Namun demkian buku ini bermanfaat serta
memberikan solusi bagi orangtua serta pemerhati anak autis.

Semoga
Sri Murni mau menuliskan kembali pengalaman hidup Faisal selama duduk
di bangku SMP. Tentu saja dengan kisah yang berbeda yakni kemandirian
Faisal saat tak lagi didampingi Mamanya sebagai shadow di sekolah atau
di rumah. Bukankah kemandirian adalah tujuan utama pendidikan bagi anak
autis, bukan sekadar angka-angka yang melejit pada mata pelajaran
tertentu. Yakinlah bahwa setiap anak diberikan kemampuan khusus
sekalipun autis. Pun dengan Faisal yang memiliki kemampuan hafalan quran
dan memainkan keyboard dari belajar secara otodidak. Tak
tanggung-tanggung, bandnya bersama anak autis lainnya telah tampil
dihadapan Mendiknas Muhammad Nuh. Semoga tetap sabar.

Data Buku:

  • Judul : Faisal Sayang Mama Sampai Tua
  • Penulis : Sri Murni
  • ISBN :  978-602-97842-1-3
  • Editor : Budi Maryono,Ganjar Triadi
  • Layouter : Doni Riadi
  • Penerbit : Komunitas Wedangjae
  • Tahun : 2010
  • Tebal : 126 halaman
  • Harga : Rp 30.000
  • Stock : Masih

Peresensi : Estu Pitarto

Pegiat Wedangjae

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *